Ketika Kesehatan Fisik dan Mental Anak Dibentuk Saat Berpuasa

 



Oleh: Safiruddin Al Baqi
Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini IAIN Ponorogo

Puasa bukan sekadar tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga dapat menjadi sarana pendidikan bagi anak. Sejak kecil, anak diajarkan untuk berpuasa secara bertahap agar terbiasa menjalankan ibadah ini dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Selain aspek spiritual, puasa juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental anak. Dalam perspektif psikologi Islam, ibadah ini membentuk karakter dan ketahanan diri yang kuat pada anak.

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Fisik Anak

Secara medis, puasa memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya At-Tibb An-Nabawi menjelaskan bahwa puasa membantu membersihkan tubuh dari racun dan meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam konteks anak, meskipun mereka belum diwajibkan berpuasa, latihan sejak dini dapat membantu sistem metabolisme mereka lebih sehat. Di sisi yang lain, dalam berpuasa puasa pola makan anak menjadi lebih teratur, mencegah obesitas, dan meningkatkan sistem imun. Selain itu, tubuh anak belajar menyesuaikan ritme metabolisme, sehingga dapat meningkatkan efisiensi energi. Menurut penelitian dalam psikologi kesehatan Islam, puasa yang dilakukan dengan benar tidak akan melemahkan tubuh, melainkan justru membantu meningkatkan daya tahan fisik.

Namun demikian, pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati agar anak tidak mengalami kelelahan atau dehidrasi yang berlebihan. Orang tua harus memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup saat sahur dan berbuka, serta memperhatikan tanda-tanda jika anak merasa terlalu lemas atau tidak kuat melanjutkan puasa. Konsultasi dengan tenaga medis atau ahli gizi juga dapat membantu menyesuaikan pola puasa yang sehat bagi anak.

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental Anak

Dari sisi psikologi, puasa bukan hanya latihan fisik, tetapi juga latihan mental. Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa melatih kesabaran dan pengendalian diri. Dua hal tersebut merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Anak yang terbiasa berpuasa akan lebih mampu mengontrol emosi dan memahami makna menahan diri.

Psikolog Muslim kontemporer, seperti Malik Badri dalam bukunya Contemplation: An Islamic Psychospiritual Study, menyoroti bahwa puasa melatih kesadaran diri (self-awareness) dan empati terhadap orang lain. Anak yang berpuasa lebih mudah memahami penderitaan orang-orang yang kurang beruntung, sehingga menumbuhkan rasa empati dan kedermawanan dalam dirinya.

Selain itu, puasa juga berdampak positif pada ketenangan jiwa. Dalam Islam, puasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan amarah dan perkataan buruk. Hal ini membantu anak dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan meningkatkan kontrol diri, yang sangat penting dalam kehidupan sosial mereka.

Perspektif Ulama tentang Puasa bagi Anak

Para ulama berpendapat bahwa anak boleh dilatih berpuasa sejak dini sesuai dengan kemampuan mereka. Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu' menyebutkan bahwa anak yang sudah mampu berpuasa dianjurkan untuk berlatih, agar saat dewasa mereka bisa menjalankannya dengan lebih mudah. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni, yang menyatakan bahwa membiasakan anak berpuasa sejak kecil dapat membantu mereka memahami nilai-nilai kesabaran dan ketaatan dalam Islam.

Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing anak berpuasa dengan cara yang menyenangkan. Memberikan apresiasi, seperti pujian atau hadiah kecil, dapat memotivasi anak untuk menjalankan puasa dengan gembira. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan bagaimana beliau memberikan kasih sayang dan kelembutan dalam mendidik anak-anak agar terbiasa beribadah.

Dengan demikian, dalam perspektif psikologi Islam, puasa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental anak. Dalam ajaran Islam, membiasakan anak berpuasa sejak dini bukanlah paksaan, melainkan bagian dari pendidikan karakter yang dilakukan dengan penuh kelembutan dan cinta. Dengan pendekatan yang tepat, puasa dapat menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak, baik secara spiritual maupun psikologis.

Editor: Rangga Agnibaya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak