Alam Pikiran Mitos: Perspektif C. A. Van Peursen

 


Oleh: Intan Syifa Hananta
Mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN Ponorogo

Tulisan ini merupakan hasil review terhadap salah satu bab dalam buku Strategi Kebudayaan karya C. A. Van Peursen.


Mitos sebagai suatu bakat manusiawi merupakan kajian yang menarik dalam memahami kebudayaan primitif dan kaitannya dengan kehidupan modern. Tulisan ini menggambarkan bahwa dunia mitis bukan sekadar fenomena masa lalu, tetapi tetap memiliki relevansi dalam pemikiran manusia saat ini. Dengan menelusuri berbagai aspek mitos, kita dapat melihat bagaimana manusia, baik di masa lalu maupun sekarang, mencoba memahami dan berinteraksi dengan alam serta lingkungannya.

Pada awalnya, penulis mengkritisi pandangan romantis yang menganggap masyarakat primitif sebagai kelompok yang masih murni dan hidup dekat dengan alam. Pandangan ini melihat masyarakat primitif sebagai entitas yang belum tercemar oleh modernitas, teknologi, dan ekses peradaban. Namun, anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya benar. Kehidupan masyarakat primitif juga diwarnai dengan berbagai aturan sosial yang kompleks, konflik antar individu dan suku, serta tantangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Struktur sosial mereka, seperti aturan perkawinan yang ketat dan sistem perburuan, menunjukkan bahwa mereka bukanlah komunitas yang bebas dari permasalahan, melainkan memiliki sistem kehidupan yang terorganisir dan dinamis.

Selain itu, pandangan rasionalis yang menganggap mitos sebagai bentuk pemikiran yang primitif dan tidak ilmiah juga dikritik dalam tulisan ini. Beberapa sarjana pada abad ke-19 menganggap mitologi sebagai tahap awal perkembangan pemikiran manusia yang masih kekanak-kanakan. Namun, penelitian lebih lanjut oleh para antropolog modern menunjukkan bahwa pemikiran mitis memiliki logika tersendiri. Bahkan, dalam setiap kebudayaan, baik primitif maupun modern, terdapat pola berpikir yang sama, hanya saja bentuk dan implementasinya yang berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa mitos bukan sekadar cerita kosong, melainkan memiliki struktur dan fungsi yang jelas dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu konsep utama yang ditekankan dalam tulisan ini adalah bagaimana mitos berfungsi dalam kehidupan manusia. Mitos tidak hanya sebagai cerita yang menghibur, tetapi juga berperan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Mitos memberikan arah dan makna bagi tindakan manusia, baik dalam aspek sosial, spiritual, maupun ekonomi. Contohnya, dalam beberapa kebudayaan, mitos digunakan untuk memberikan legitimasi terhadap aturan sosial tertentu, seperti sistem perkawinan atau perburuan. Mitos juga sering kali berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan manusia dengan kekuatan alam yang mereka anggap sakral.

Fungsi mitos yang pertama adalah menyadarkan manusia akan adanya kekuatan-kekuatan gaib. Dalam banyak masyarakat primitif, mitos tidak hanya sekadar cerita, tetapi juga menjadi bagian dari ritual dan upacara yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia spiritual. Ritual-ritual ini, seperti tari-tarian atau upacara pengorbanan, menjadi bentuk partisipasi manusia dalam kekuatan-kekuatan tersebut. Meskipun demikian, masyarakat primitif tetap dapat membedakan antara dunia sakral dan dunia profan. Mereka memahami bahwa tidak semua benda memiliki kekuatan magis, tetapi dalam kondisi tertentu, benda atau simbol tertentu bisa menjadi perantara kekuatan spiritual.

Fungsi kedua dari mitos adalah memberikan jaminan bagi masa kini dan masa depan. Dengan menceritakan kembali mitos-mitos tertentu, masyarakat dapat merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan kehidupan. Contohnya, dalam beberapa budaya, mitos yang berkaitan dengan kesuburan sering kali dipentaskan dalam bentuk tarian atau nyanyian saat musim tanam dimulai. Dengan melakukan ritual ini, mereka percaya bahwa hasil panen mereka akan melimpah. Demikian pula, dalam budaya tertentu, mitos yang menceritakan kemenangan para dewa terhadap kekuatan jahat sering kali digunakan untuk memberikan semangat dan keyakinan kepada masyarakat dalam menghadapi kesulitan.

Selain itu, antropolog modern seperti Claude Lévy-Strauss berpendapat bahwa mitos mencerminkan pola universal dalam pemikiran manusia. Mitos bukan hanya fenomena yang terdapat dalam masyarakat primitif, tetapi juga masih ada dalam kehidupan modern, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Pola-pola ini dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga budaya populer. Sebagai contoh, konsep pertukaran dalam masyarakat primitif baik dalam bentuk barter maupun perkawinan memiliki pola yang sama dengan sistem ekonomi medern, meskipun mekanismenya berbeda.

Dengan demikian, mitos bukan hanya sekadar cerita masa lalu, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan kebudayaan manusia. Dalam setiap lingkungan kebudayaan, perilaku manusia diatur oleh pola-pola tertentu yang mencerminkan logika dasar yang sama. Oleh karena itu, mitos dapat dipahami sebagai bentuk ekspresi dari pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Studi tentang mitos tidak hanya membantu kita memahami kebudayaan masa lalu, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana manusia terus mencari makna dalam kehidupan mereka. Dalam dunia modern yang semakin kompleks, mitos tetap berperan sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Sebagai kesimpulan, mitos bukanlah sekadar warisan masa lalu yang harus ditinggalkan, melainkan bagian penting dari perjalanan manusia dalam memahami dunia dan dirinya sendiri. Mitos membantu manusia menghadapi ketidakpastian, membangun struktur sosial, dan memperkuat identitas budaya. Dengan demikian, memahami dan mengapresiasi mitos bukan hanya tentang mengenali sejarahnya, tetapi juga tentang menyadari peranannya dalam kehidupan kita saat ini.


*Gambar Ilustrasi diambil dari https://bangsaonline.com/berita/144084/kutukan-paling-tragis-di-mitologi-yunani-yang-dialami-medusa


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak