Lingua Franca


TERMA BAHASA

Kolom Terma menghadirkan tulisan-tulisan yang mencoba menjelaskan sebuah terminologi atau konsep-konsep dalam ranah ilmu sosial, politik, ekonomi, agama, hukum, serta lainnya, baik secara etimologi maupun historis.




Oleh: Anis Rahmadani
Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia
UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo
Penulis Muda Komunitas Pintu


Lingua franca pada dasarnya adalah bahasa penghubung yang membuat orang dari latar belakang berbeda bisa saling memahami. Kehadirannya tidak hanya mempermudah komunikasi, tetapi juga menjaga hubungan sosial, memperkuat persatuan, dan mendukung pendidikan serta perekonomian.

Bahasa Indonesia dapat menjadi contoh nyata sebagai bahasa yang menyatukan masyarakat dari berbagai daerah, sementara bahasa daerah tetap hidup sebagai identitas budaya. Artinya, lingua franca perlu dipahami sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan tanpa menghilangkan akar kearifan lokal yang harus tetap dilestarikan.

Lingua franca pada dasarnya adalah bahasa penghubung yang digunakan oleh masyarakat dari latar belakang bahasa berbeda agar bisa saling memahami (Yanzi, 2016). Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai kondisi di mana bahasa menjadi alat untuk mempertemukan dua atau lebih kelompok masyarakat. Tanpa adanya bahasa penghubung ini, komunikasi bisa terhambat dan hubungan sosial menjadi sulit terjalin. Maka, keberadaan lingua franca tidak hanya sebatas soal bahasa, tetapi juga menyangkut interaksi sosial, kebudayaan, dan identitas.

Bahasa Indonesia merupakan lingua franca yang berfungsi menyatukan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Di tengah keragaman bahasa daerah, bahasa Indonesia hadir sebagai jembatan komunikasi. Hal ini membuktikan bahwa lingua franca dapat berfungsi sebagai perekat bangsa. Meski masing-masing daerah bangga dengan bahasa ibunya, mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia ketika harus berinteraksi dengan orang dari daerah lain. Situasi ini memperlihatkan betapa pentingnya peran lingua franca dalam menjaga persatuan.

Namun, tidak semua lingua franca terbentuk secara formal seperti bahasa Indonesia. Ada juga yang lahir secara alami melalui interaksi antar masyarakat. Misalnya, di pasar tradisional, bahasa Jawa kadang menjadi lingua franca bagi pedagang dan pembeli dari berbagai suku. Mereka memilih bahasa yang paling mudah dipahami bersama agar transaksi berjalan lancar. Fenomena ini membuktikan bahwa lingua franca bukan hanya hasil dari kebijakan negara, tetapi juga bisa muncul karena kebutuhan praktis sehari-hari.

Jika kita cermati, penggunaan lingua franca juga memiliki dampak sosial yang menarik. Pada satu sisi, ia memperkuat hubungan antarmanusia karena memungkinkan adanya komunikasi lintas budaya, sedangkan di sisi lain, terkadang muncul kekhawatiran bahwa penggunaan lingua franca bisa menggeser posisi bahasa daerah. Inilah tantangan yang perlu kita sikapi dengan bijak. Penggunaan bahasa penghubung tidak seharusnya menghilangkan kebanggaan terhadap bahasa lokal yang menjadi identitas kultural masyarakat.

Lingua franca juga memiliki peran penting dalam dunia pendidikan (Devianty, 2017).  Tanpa bahasa penghubung, peserta didik di Indonesia akan kesulitan memahami materi karena pendidik yang mungkin berasal dari latar belakang bahasa yang berbeda. Dengan adanya bahasa Indonesia, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa lingua franca tidak hanya bermanfaat dalam interaksi sosial, tetapi juga menjadi fondasi dalam membangun kualitas sumber daya manusia.

Selain itu, lingua franca menjadi sarana penting dalam perkembangan ekonomi. Dunia kerja sering mempertemukan orang-orang dari berbagai daerah, bahkan negara. Dalam konteks internasional, bahasa Inggris menjadi lingua franca yang mendominasi. Banyak perusahaan menuntut pekerjanya menguasai bahasa Inggris agar dapat bersaing di pasar global. Artinya, keberadaan lingua franca juga berpengaruh terhadap peluang ekonomi dan mobilitas sosial seseorang.

Lebih jauh lagi, lingua franca berperan dalam menjaga harmoni antar budaya. Dengan bahasa penghubung, perbedaan bisa dipandang sebagai kekayaan, bukan sebagai penghalang. Orang bisa saling memahami meskipun berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Misalnya, dalam acara pertemuan antar suku atau daerah, mereka lebih memilih menggunakan lingua franca agar semua pihak merasa terlibat. Hal ini memperlihatkan bagaimana bahasa dapat menjadi medium perdamaian.

Namun, kita juga tidak boleh menutup mata terhadap kenyataan bahwa lingua franca bisa membentuk dominasi budaya tertentu. Bahasa yang sering digunakan sebagai penghubung biasanya memiliki posisi lebih tinggi dibanding bahasa lain. Misalnya, ketika bahasa Inggris dijadikan standar internasional, hal itu menimbulkan kecenderungan bahwa budaya Barat lebih dominan. Situasi ini bisa menjadi tantangan jika tidak diimbangi dengan sikap kritis dalam menjaga identitas lokal.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, hal terpenting adalah bagaimana menempatkan lingua franca pada posisi yang tepat. Bahasa Indonesia harus tetap dijaga sebagai bahasa persatuan, sementara bahasa daerah perlu dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya. Keduanya tidak seharusnya dipertentangkan, melainkan dipandang saling melengkapi. Lingua franca menjadi jembatan komunikasi, sedangkan bahasa daerah menjadi akar identitas yang memperkuat keberagaman.

Akhirnya, lingua franca bukan sekadar media komunikasi, melainkan juga cermin dinamika sosial dan budaya suatu masyarakat. Ia menunjukkan bagaimana manusia beradaptasi terhadap kebutuhan interaksi sosialnya, serta bagaimana bahasa dapat menjembatani perbedaan. Maka, peran kita bersama adalah memastikan bahwa keberadaan lingua franca tidak mengikis keberagaman, melainkan memperkokoh persatuan. Dengan demikian, bahasa penghubung akan tetap hidup, berdampingan dengan bahasa lokal yang terus lestari.

Referensi

Devianty, R. (2017). Peran Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam Pendidikan Karakter. Ijtimaiyah: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(2), 79–101. http://repository.uinsu.ac.id/6360/

Yanzi, H. (2016, Desember 10). Bahasa Sebagai Bingkai Keberagaman Budaya Bangsa. Bahasa Sebagai Bingkai Keberagaman Budaya Bangsa. https://repository.lppm.unila.ac.id/2117/

 

 Editor: R. Agnibayaa

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال